Madin "Nurul-Haq"
TEMPAT BELAJAR BERSAMA
MUHASABAH DIRI MENGGAPAI MASA DEPAN
Di akhir tahun 2008 Masehi dan tahun 1429 Hijriyah, ada
baiknya kita mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan persiapan untuk
menggapai masa depan yang lebih baik, hal tersebut diisyaratkan oleh Allah Swt.
Dalam firmannya surat al-Hasyr : (59 : 18)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup didunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akherat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya".
Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akherat, lalu sudahkah perbuatan yang telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?.
Cermin yang paling baik adalah masa lalu, setiap individu memiliki masa lalu yang baik ataupun buruk, dan sebaik-baik manusia adalah selalu mengevaluasi dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob : " حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا "
" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak. Dan sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”
Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama menyatakan setidaknya adalima
jalan yang patut kita renungkan mengawali tahun ini dalam menggapai ketakwaan.
Jalan-jalan itu adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah dilakukan pada masa lalu, mencerminkan perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup didunia bagaikan satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akherat, merugilah manusia yang tidak mengetahui tujuan utamanya".
Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akherat, lalu sudahkah perbuatan yang telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?.
Cermin yang paling baik adalah masa lalu, setiap individu memiliki masa lalu yang baik ataupun buruk, dan sebaik-baik manusia adalah selalu mengevaluasi dengan bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob : " حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا "
" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt. yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak. Dan sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “Barang siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih buruk dairpada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat”
Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama menyatakan setidaknya ada
1. Muhasabah
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
2. Mu’ahadah
Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين
Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji ; ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين إن صلاتي “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.
3. Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami.
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4. Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5. Mu’aqobah
Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
Mengawali tahun 2009 Masehi dan tahun 1429 Hijriyah ini, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan mu’aqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jikalima hal ini kita jadikan
bekal Insya Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun
kita akan selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri
kita, insya Allah.
Sumber: KY. Nursyam Syahri , sesepuh masjid Dan Madrasah Nurul Haq
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
2. Mu’ahadah
Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين
Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji ; ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين إن صلاتي “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.
3. Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami.
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4. Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5. Mu’aqobah
Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
Mengawali tahun 2009 Masehi dan tahun 1429 Hijriyah ini, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan mu’aqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika
Sumber: KY. Nursyam Syahri , sesepuh masjid Dan Madrasah Nurul Haq
Wasiat Rasulullah S.A.W
Wahai Ali, bagi orang 'ALIM itu ada 3 tanda2nya:
1) Jujur dalam berkata-kata.
2) Menjauhi segala yg haram.
3) Merendahkan diri.
Wahai Ali, bagi orang yg JUJUR itu ada 3 tanda2nya:
1) Merahasiakan ibadahnya.
2) Merahasiakan sedekahnya.
3) Merahasiakan ujian yg menimpanya.
Wahai Ali, bagi org yg TAKWA itu ada 3 tanda2nya:
1) Takut berlaku dusta dan keji.
2) Menjauhi kejahatan.
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman.
Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda2nya:
1) Mengawasi dirinya.
2) Menghisab dirinya.
3) Memperbanyak ibadah kepada Allah s.w.t.
Semoga Allah SWT selalu merahmati kita semua.
Disadur dari berbagi sumber
Tanda-tanda
Husnul Khatimah
Setiap hamba
Allah selalu berusaha meneladani kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya, dan
tentu sangat mengharapkan akhir kesudahan yang baik. Allah telah menetapkan
tanda-tandanya dintara tanda-tanda husnul khatimah itu adalah:
7. Mati karena tenggelam.
11. Mati karena penyakit busung perut.
12. Mati karena penyakit Tubercolosis (TBC).
14. Mati dalam membela hartanya dan jiwanya.
15. Mati dalam membela Agama.
16. Mati dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah..
Adapun hadist-hadist yang mendukung point-point tersebut :
1.
Mengucapkan kalimah syahadat ketika wafat :
Rasulullah bersabda :"Barang siapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan "La ilaaha
illallah" maka ia dimasukkan kedalam surga" (HR. Hakim)
2.
Ketika wafat dahinya berkeringat :
Rasulullah bersabda :”Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya" (HR.
Ahmad, AN-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu MAjah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan ath-Thayalusi
dari Abdullah bin Mas'ud
3.Wafat pada malam jum'at :
Rasulullah bersabda : "Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari jum'at atau pada malam jum'at kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur" (HR. Ahmad)
Rasulullah bersabda : "Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari jum'at atau pada malam jum'at kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur" (HR. Ahmad)
4.
Mati syahid dalam medan perang :
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang terbunuh dijalan Allah, yang mati sedang berjuang
dijalan Allah, dan yang mati karena penyakit kolera, yang mati karena penyakit
perut (yakni disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti busung lapar,
diare atau sejenisnya) maka dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam
dialah syahid” (HR. Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqi)
5. Mati dalam peperangan
fisabilillah:Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang keluar dijalan Allah lalu mati atau terbunuh maka ia adalah mati syahid. Atau yang dibanting oleh kuda atau untanya lalu mati atau digigit binatang beracun atau mati diatas ranjangnya dengan kematian apapun yang dikehendaki Allah, maka ia pun syahid dan baginya surga" (HR. Abu Daud,al-Hakim, dan al-Baihaqi)
6. Mati disebabkan penyakit kolera :
Rasulullah telah bersabda: penyakit kolera adalah penyebab mati syahid bagi setiap muslim" (HR. Bukhari, ath-Thayalusi dan Ahmad)
Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang penyakit kolera. Lalu beliau menjawab;"Adalah
dahulunya penyakit kolera merupakan adzab yang Allah timpakan kepada siapa saja
yang dikehendaki-Nya kemudian Dia jadikan sebagai rahmat bagi kaum mukmin. Maka
tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah kolera lalu ia menetap dikampungnya
dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa
yang Allah tetapkan baginya pahala orang yang mati syahid"(HR. Bukhari,
al-Baihaqi dan Ahmad)
9. Perempuan yang meninggal karena
melahirkan :Rasulullah bersabda : “Muslim yang mati terbunuh adalah syahid, dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)" (HR. Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi).
8. Mati karena tertimpa reruntuhan/tanah longsor :
Rasulullah bersabda : "Para syuhada itu ada lima; orang yang mati karena wabah kolera, karena sakit perut, tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan syahid berperang dijalan Allah" (HR.Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)
Rasulullah bersabda : “Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera
adalah syahid,mati tenggelam adalah syahid,karena busung lapar adalah syahid,
karena penyakit perut keracunan adalah syahid,karena terbakar adalah syahid,
dan yang mati karena tertimpa reruntuhan(bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang
mati pada saat mengandung adalah syahid" (HR. Imam Malik, Abu Daud,
An-Nasa'i, Ibnu MAjah dan Ahmad)
10. Mati terbakar :
Rasulullah bersabda : “Mati dijalan Allah adalah syahid, dan perempuan yang mati ketika tengah
melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena
tenggelam adalah syahid, mati karena penyakit TBC adalah syahid, dan mati
karena penyakit perut adalah syahid"(HR.Thabrani)
13. Mati karena mempertahankan harta dari perampok :Rasulullah bersabda : "Barangsiapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela keluarganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dalam rangka membela agama(keyakinannya) maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) maka ia syahid" (HR. Abu Daud, an-Nasa'i, at-tirmidzi, dan Ahmad)
Rasulullah bersabda : "Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih
baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam
harinya. Apabila ia mati, maka mengalirkan pahala amalannya yang dahulu
dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari siksa kubur(fitnah kubur)"
(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
17. Orang yang meninggal pada saat
mengerjakan amal shaleh :
Rasulullah bersabda : "Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallah' dengan berharap akan
keridhaan Allah, dan diakhir hidupnya mengucapkannya, maka ia akan masuk surga.
Dan, barangsiapa yang berpuasa sehari mengharap keridhaan Allah kemudian
mengakhiri hidupnya dengannya (puasa), maka ia masuk surga. Dan barangsiapa
bersedekah mencari ridha Allah dan menyudahinya dengan (sedekah) maka ia akan
masuk surga" (HR. Ahmad)
Rasulullah bersabda: Bagi
orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu:- Diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur
- Melihat tempatnya didalam surga
- Dilindungi dari adzab kubur
- Terjamin keamanannya dari malapetaka besar
- Merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari
- Diperkenankan memberikan syafa'at bagi 70 orang kerabatnya
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Mudah-mudahan Allah menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah dan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang mati syahid amin.
KISAH PENDO'A
Ketika
kumohon pada Allah : KEKUATAN Allah memberiku KESULITAN
agar aku menjadi KUAT
Ketika
kumohon pada Allah : KEBIJAKSANAAN Allah memberiku MASALAH
untuk DIPECAHKAN
Ketika
kumohon pada Allah : KESEJAHTERAAN Allah memberiku AKAL
untuk BERPIKIR
Ketika
kumohon pada Allah : KEBERANIAN Allah memberiku KONDISI
BAHAYA untuk KUATASI
Ketika
kumohon pada Allah : CINTA Allah memberiku ORANG-ORANG
BERMASALAH untuk KUTOLONG
Aku Tak Pernah Menerima Apa Yang Kupinta Tapi Aku Menerima Segala Yang
Kubutuhkan Do'a Aku Terjawab Sudah . . .
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)–ku dan hendaklah mereka beriman kapada-Ku agar mereka selalu dalam
kebenaran" (Al-Baqarah 186)
Baju
Khalifah
Pada suatu hari Khalifah Umar bin Abdil Aziz naik ke atas mimbar, lalu
berpidato di hadapan orang banyak. Ditengah pidatonya itu, orang-orang yang
duduk di dekat mimbar teratarik kepada perbuatan khalifah yang
sebentar-sebentar memegangi bajunya lalu menggerak-gerakkannya, sehingga
orang-orang yang hadir di situ tertarik untuk bertanya,”Kenapakah Khalifah
menggerak-gerakkan bajunya di tengah pidatonya”.
Setelah
selasai dari pidatonya, menjadi jelaslah, bahwa beliau itu hendak mengeringkan
bajunya. Agaknya, baju beliau itu baru saja di cuci. Namun, oleh karena beliau
tidak memiliki baju lainnya, maka terpaksa baju yang baru dicucinya itu dia
pakai, sekalipun belum kering.
Subahanallah,
alangkah sangat jauhnya perbedaan kehidupan para pemimpin-pemimpin sekarang ini
yang lebih suka memamerkan kebesaran dan keagungannya dengan memakai
pakaian-pakaian kebesarannya.
Kekuasaan
atau jabatan hanyalah sebagai amanah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada
kita, agar kita menjadi contoh untuk hidup sederhana dan dapat memanfaat &
menggunakannya untuk hal yang baik dan diridhoi oleh Allah SWT, agar kita
menjadi Khalifah yang amanah.
Hasil Usaha
Ali bin Abi Hamzah al-Bathaini berjalan melewati imam al-Kazhim, yang sedang
bekerja keras di ladangnya dan mempersiapkannya untuk ditanami, dengan penuh
semangat. Keringat mengucur dari tubuhnya, sehingga Ali bin Abi Hamzah
al-Bathaini tertarik untuk bertanya kepadanya. “Biarkan aku menjadi
penggantimu. Kemanakah orang-orangmu? Kenapakah tidak engkau serahkan pekerjaan
ini kepada orang lain?”
“Kenapakah
harus aku serahkan pekerjaan ini kepada orang lain, hai Ali? Bila aku melakukan
pekerjaan ini dengan tanganku sendiri, maka telah ada orang yang lebih baik
dariku, dan daripada ayahku, yang bekerja dengan tangannya sendiri”.
“Siapa?”
“Rasulullah
SAW dan Amirul Mukminin, dan bapak-bapak ku, seluruhnya telah bekerja dengan
tangan mereka. Bekerja adalah profesi dari semua para Nabi dan para utusan
Allah, para pengemban wasiat dan orang-orang yang saleh”.
By : Akmal Umam
By : Akmal Umam
SEMENIT SAJA
Betapa besarnya nilai uang
kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi
betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!
Betapa
sulitnya untuk mencari
kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau
bergosip dengan teman / pacar tanpa
harus berpikir panjang-panjang.
Betapa sulitnya
untuk membaca satu lembar Al-qur'an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman
dari novel yang laris.
Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu
untuk sholat 5 waktu, namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap
pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.
Betapa
sulitnya untuk mempelajari
arti yang terkandung di dalam al qur'an, namun betapa mudahnya untuk
mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain
Betapa
Mudahnya membuat 40 tahun dosa
demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan
nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.
Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang
dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab
Suci AlQuran.
Betapa lamanya melayani Allah selama lima
belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.
Betapa
getolnya orang untuk duduk di
depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling
belakang ketika berada di Masjid
Betapa
asyiknya apabila pertandingan
bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika pengajian lebih
lama sedikit daripada biasa
Sumber : Akmal Umam
Sumber : Akmal Umam
Puasa Para Wali
DALAM
Alquran kata shiyam
disebut delapan kali. Pada surat Al-Baqarah ayat 183, 187, dan 196 dua kali.
Surat An-Nisa: 92, Al-Maidah: 89 dan 95 serta surat Al-Mujadalah: 41.
Kata
shaum disebut satu kali yaitu di surat Maryam: 26. Kata shaimin disebut satu
kali di surat Al-Ahzab: 35. Shaimat disebut satu kali dalam surat Al-Ahzab: 35.
Tashumu disebut satu kali dalam Al-Baqarah: 184. Falyashumhu disebut satu kali
di Al-Baqarah: 185.
Tiga
belas kata shiyam atau shaum artinya sama, yaitu menahan makan, minum dan
berhubungan seks di siang Ramadan. Hanya satu yang artinya berbeda yaitu kata
shaum (QS Maryam: 26) yang artinya meninggalkan bicara.
Fakta
dan kenyataan di dunia menunjukkan manusia lebih banyak shiyam. Yang menjalankan
shaum hanya para wali yaitu tidak sekadar meninggalkan makan, minum dan
berhubungan seks, tetapi juga meninggalkan bicara yang tidak ada artinya.
Dengan
puasa, para wali berhasil mengislamkan warga Indonesia dari animisme dan
dinamisme. Hal itu terjadi karena ketulusan dan kebersihan hati para wali
dari ucapan yang kotor termasuk berdusta.
Luqman
Hakim, ahli hikmah mengatakan, barang siapa yang bisa berpuasa dari dusta
selama 40 hari, maka akan keluar dari mulutnya mutiara hikmah. Para wali di
Indonesia, sebelum menyampaikan dakwah, berpuasa di tempat-tempat sepi atau
lebih dikenal berkhalwat (semedi).
Sunan
Kalijaga berkhalwat di pinggir kali, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Bonang
di Bonang, Sunan Gunungjati di gua Datul Kahfi di Cirebon, dan lain-lain.
Maka layak, begitu para wali menyampaikan pesan-pesan dakwah langsung bisa
diterima oleh umat.
Di
Bagdad, Abu Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dengan model puasa para wali,
suatu hari mendapat ilham untuk datang ke sebuah gereja. Dia masuk ke gereja dan
bergabung dengan jemaat gereja.
Terjadilah
peristiwa aneh. Pada saat Baba sang penginjil menyampaikan tausiah, tiba-tiba
dia tidak bisa bicara. Mulutnya terkunci tidak keluar suara. Dia kemudian
menghentikan ceramahnya. Setelah merenung sang Baba berkata, ‘’Di dalam gereja
ini ada umat Muhammad. Saya bisa melihat dari sinar mukanya’’.
Mendengar
itu, Abu Yazid buru-buru berdiri untuk keluar dari gereja. Tetapi sang Baba
penginjil mencegahnya. ‘’Tuan, Anda jangan keluar. Kalau Anda bisa menjawab 19
pertanyaan saya, saya akan percaya dengan agama Anda dan mengikutinya’’.
Abu
Yazid agak terkejut mendengar pernyataan sang Baba. Namun dia mempersilakannya
menyampaikan 19 pertanyaan itu. Sang Baba kemudian menyampaikan satu persatu
pertanyaan agar dijawab Abu Yazid.
Secara
berututan dia bertanya siapakah dzat yang satu dan tidak ada duanya. Apa dua
yang tidak ada tiganya, apa tiga yang tidak ada empatnya, apa empat yang tidak
ada limanya, apa lima yang tidak ada keenamnya, apa enam yang tidak ada
ketujuhnya.
Apa
tujuh yang tidak ada kedelapannya, apa delapan yang tidak ada kesembilanya, apa
sembilan yang tidak ada kesepuluhnya. Apa ke-10 yang tidak ada sebelasnya, apa
11 yang tidak ada keduabelasnya, apa 12 yang tidak ada ketigabelasnya, apa 13
tidak ada keempatbelasnya, apa yang Allah ciptakan namun Allah mengingkarinya,
apa yang Allah ciptakan tapi dia mengutuknya, apa yang bernafas tanpa roh, apa
kuburan yang berjalan membawa penghuni kuburnya, apa pohon-pohonan yang
bercabang duabelas tiap cabang beranting 30 dan tiap ranting berbuah lima. Dan
pertanyaan terakhir, apa kunci surga.
Abu
Yazid dengan tegas menjawab ke-19 pertanyaan itu. Pertama, satu yang tidak ada
keduanya adalah Allah swt. Dua yang tidak ada tiganya siang dan malam. Tiga
yang tidak ada empatnya yaitu pertanyaan Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Empat
yang tidak ada limanya yaitu kitab samawi (Taurat, Zabur, Injil dan Alquran).
Lima
yang tidak ada enamnya shalat wajib lima waktu. Enam yang tidak ada tujuhnya
yaitu diciptakannya langit dan bumi (QS Qof: 38).
Sang
Baba bertanya, ‘’Kenapa dalam ayat itu disebutkan Allah tidak merasa capai?’’.
Abu Yazid menjawab, ‘’Karena orang Yahudi mengira bahwa hari ketujuh untuk
istirahat Allah’’. Pertanyaan ketujuh, tujuh yang tidak ada delapannya ialah
langit (QS Nuh:15). Pertanyaan kedelapan, delapan yang tidak ada sembilannya
yaitu malaikat penjaga arsy (QS Al-Haqqoh: 117).
Sembilan
yang tidak ada sepuluhnya yaitu mukjizat Nabi Musa (QS Al-Isra: 101). Sepuluh
yang tidak ada sebelasnya yaitu amal kebaikan yang dilipatkan pahalanya 10 kali
lipat. Sebelas yang tidak ada dua belasnya yaitu saudara-sudara Nabi Yusuf.
Dua
belas yang tidak ada tiga belasnya yaitu pancuran air dari batu yang dipukul
Nabi Musa. Tiga belas yang tidak ada empat belasnya yaitu sebelas saudara Nabi
Yusuf ditambah bapak dan ibunya.
Allah
menciptakannya tetapi menyebutnya sebagai munkar yaitu suara hewan khimar (QS
Luqman:19) ‘’Sesungguhnya suara yang paling ingkar adalah suara khimar’’.
Jawaban
dari pertanyaan Baba kelima belas yaitu tipu daya muslihat wanita (QS Yusuf:
28). Bernafas tanpa roh yaitu subuh (QS At-Taqwir: 18) wassubhi idza tanaffas.
Kuburan
yang membawa penghuninya yaitu Ikan Hud yang menelan Nabi Yunus. Pohon yang
bercabang 12 ialah tahun terdiri 12 bulan, tiap bulan 30 hari, tiap hari ada
lima waktu shalat. Jawaban pertanyaan terakhir, kunci surga yaitu Laailaha
Illallah Muhammadar Rasulullah.
Subhanallah,
apa yang terjadi selanjutnya? Sang Baba dan seluruh penghuni gereja spontan
mengucapkan kalimat syahadat dan menyatakan masuk Islam. Itu terjadi karena Abu
Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dari berkata-kata kotor maka keluarlah
mutiara hikmah dari mulutnya.
Dari
mulut Abu Yazid yang bersih dan hati yang tulus masuk ke dalam telinga para
penghuni gereja yang menembus dalam hati mereka. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Wallahu a’lam bishawab. (43)
Sumber : Ky. Nursyam Syahri
PERSIAPAN MENUJU HARI AKHIR
KHUTBAH PERTAMA
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Begitu pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb yang menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memuliakan hamba-hamba-Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh berbahagialah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang menjalani kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah sesuatu yang dekat. Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan mendapatkan pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat kematiannya, serta ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya,
“Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)
Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di
“Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di dunia).” (Al-Haqqah: 24)
Sementara yang lainnya akan menjadi penduduk neraka. A’adzanallahu waiyyakum minannaar (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari siksa api neraka). Mereka sebagaimana dalam firman-Nya, akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan,
“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya,
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِمَّنْ آثَرُوا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، يَقْبَلُ تَوْبَةَ التَّائِبِيْنَ، وَلاَ يُضِيْعُ
أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، فَأَوْضَحَ بِهِ الْـمَحَجَّةَ لِلسَّالِكِيْنَ،
وَأَقَامَ بِهِ الحُجَّةَ عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan senantiasa membersihkan dan menyucikan diri-diri kita, dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya serta tidak mengotorinya dengan perbuatan kemaksiatan kepada-Nya. Allah Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:
وَقَدْ
خَابَ مَن دَسَّاهَا أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا قَدْ.
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams:
9-10)Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, berkaitan dengan ayat ini mengatakan, “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotori dirinya dengan bermaksiat (kepada-Nya)….”
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,
مَّنْ
عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ
لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih,
maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk memerhatikan orang lain sementara dia melupakan keselamatan dirinya. Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri.
Hadirin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada masing-masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap aktivitasnya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
إِذْ
يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ .
مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal
perbuatannya, satu malaikat ada di sebelah kanan dan yang lain ada di sebelah kirinya.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat yang
mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf:
17-18)Maka, marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ
يُحْشَرُ أَعْدَآءُ اللهِ إِلَّى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ . حَتَّى إِذَا
مَاجَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُوا
أَنطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ
وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh
Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga
apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka
menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka
berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit
mereka menjawab, ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah
menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada
kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” (Fushshilat:
19-21)Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ،
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ
مَكَانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا
اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالِمِينَ.
Sumber : Akmal Umam
Langganan:
Postingan (Atom)