MAKNA SABAR
Dari
Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya
orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang
demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia
mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal
tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya." (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu,Khair,hadits,no:2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406,&,23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits
singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai
sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan
oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan
istilah ‘ajaban’. Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.
Kemudian
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya
positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari
sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai
contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan
dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk pensyukuran terhadap Allah
SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang
diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya
melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya,
jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan
hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal
tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki
rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan
mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran
merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan
sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar
memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara
sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan
yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak
memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri
dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun
kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo",
ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.
Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru
ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan
dan memenuhi panggilan Ilahi.
Sabar
juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi
maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang
dikatakan dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah
dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk
melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu
lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga
sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia
memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna Sabar
Sabar
merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi
istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang
membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa,
sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman
Allah dalam Al-Qur'an:
“Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
(QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah
untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan
‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabb nya serta selalu
mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai
pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang
lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan
dari segi istilahnya, sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa
emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari
perbuatan yang tidak terarah.
Amru
bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima
ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam
al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an
dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan
ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak
sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak
sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah
SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah
memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata
(perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk
mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai,
bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan
untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari
dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
Dalam
al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika
ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an,
kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun
fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT,
yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1.
Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada
Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."
Ayat-ayat
lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat
dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109,
11: 115 dsb.
2.
Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan
(QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka…"
3.
Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS.
2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5.
Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa
akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ;
"Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang
yang sabar."
6.
Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 -
24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya,
sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan
bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu."
Inilah
diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai
hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang
secara khusus membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana
Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana
dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW
yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam
Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits
tersebut menggambarkankesabaransebagaiberikut;
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)
2.
Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan
diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang
sabar…" (HR. Bukhari)
3.
Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan,
"…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih
lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4.
Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana
hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang
yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan
kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah
memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar
karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR.
Muslim)
5.
Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku
dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga
baginya." (HR. Bukhari)
6.
Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui."
(HR. Bukhari)
7.
Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan
dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang
kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari&Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para
ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah,
sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:
1.
Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,
membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal
yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat
dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian
untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan
beberapa hal,
(1)
Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan,kesabaran,menghadapi,duri-duri,riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta,
kehilangan orang yang dicintai
dsb. Yang aspek-aspek kesabaran sebagaimana digambarkan dalam hadits
dsb. Yang aspek-aspek kesabaran sebagaimana digambarkan dalam hadits
Dalam
hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik
menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk
bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada
bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang
memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai
permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita
bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar
terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan
banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam
sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari-Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh
(dalam berjihad). Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam
sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi
musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk
menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir
yang tidak disukai.
Dalam
sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya)
sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang
memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam
kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan &
kedudukan. Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam
sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia
berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka
adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan
masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
Dalam
sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan
kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada
hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran
(baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya
diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif
dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal,
terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah
dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran.
Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1.
Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya
untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya
kesabaran kepada Allah SWT.
2.
Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore
ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai
perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an
merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada
Allah.
3.
Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi
hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga
merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4.
Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara
giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka
pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5.
Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan
untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki
prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal.
Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat
"amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada
hasilnya.(Lihat.Q.S.9.105)
6.
Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika
sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada
menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian
rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7.
Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh
Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut
dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah
sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar merupakan salah
satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat
dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk
mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.
Sabar
tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau
identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk
merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh
karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini.
Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya.
Wallahu.A'lam
Sumber : Ky. Nursyam Syahri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar