Selain
doa dan ikhtiar, ada amalan lain yang juga bisa mengantarkan proses 'perubahan
takdir'. Amalan itu adalah amalan hati, yaitu selalu berbaik sangka (husnuzhan)
dengan semua keputusan Allah SWT. Berbaik sangka merupakan produk dari olahan
kekuatan iman. Tidak mungkin seseorang memiliki kemuliaan akhlak berupa
husnuzhan, jika tidak yakin dengan segala sesuatu yang sudah diputuskan Allah
Seseorang
yang mengaku beriman sadar benar bahwa dari setiap peristiwa maka Allah telah
mentransformasikan mutiara hikmah untuk manusia. Yakni, sesuatu yang berharga
yang hilang milik orang beriman (al-Hikmatu zhalatul mu'minin). Artinya,
kejadian yang menimpa kita, pasti ada kadar atau nilai berharga yang sudah
dipersiapkan untuk kita. Namun, sementara ini belum ditemukan. Karena itulah,
kata Imam Ali karramallahu wajhah, ''Jika kita menemukannya, segeralah diambil;
fain wajadaha akhadzaha.''
Pertanyaannya,
bagaimana bisa mengambil barang berharga itu, sementara kita sulit untuk
mendeteksinya. Di sinilah peranan amalan hati, yaitu husnuzhan. Jika kita
mempersangkakan bahwa ada banyak kebaikan yang telah Allah sediakan untuk kita
dari takdir-Nya itu, akan benarlahpersangkaankita.
Karena
itu, bagaimana rupa takdir kita ke depan, turut ditentukan dari persangkaan
kita terhadap-Nya. Simak Hadis Qudsy berikut, Anaa 'inda zhanni 'abdi bih, wa
Ana ma'aka idza da'awtani, "Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku tentang
Aku. Dan aku bersamamu jika memohon-kepada-Ku."
Dengan demikian, husnuzhan bisa mengantarkan seseorang meraih apa yang diharapkan. Kalaulah saat ini kita sedang berduka karena kegagalan, bersegeralah husnuzhan bahwa akan ada kebaikan setelah kegagalan itu. Yakinlah bahwa takdir kita ke depan pasti dipenuhi dengan takdir kesuksesan. Tetaplah optimis. Selama hari masih menjelang, kesempatan meninggalkan kegelapan malam masih selalu terbuka. Dan, kita akan berada di jalur siang yangterangbenderang.
Keberuntungan orang yang husnuzhan, tak hanya didapatkan di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Rasul menyebut orang yang husnuzhan sebagai pemegang kunci surga. Dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasul mengatakan bahwa sebentar lagi akan masuk seorang yang kelak akan memegang kunci surga. Semua sahabat terpana. Sampai seorang Umar bin Khattab 'iri' dengan penyematan istilah tersebut. Tidak lama kemudian masuklah orangyangdimaksud.
Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus. Karena penasaran, Umar meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut. Tiga hari Umar RA menginap di rumah orang ini. Namun, dia tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Ketika Umar bertanya, apa rahasianya. Orang itu menjawab, "Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka terhadap apa pun dan siapa pun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud Rasulullah SAW."
Sumber : Akmal Umam
Dengan demikian, husnuzhan bisa mengantarkan seseorang meraih apa yang diharapkan. Kalaulah saat ini kita sedang berduka karena kegagalan, bersegeralah husnuzhan bahwa akan ada kebaikan setelah kegagalan itu. Yakinlah bahwa takdir kita ke depan pasti dipenuhi dengan takdir kesuksesan. Tetaplah optimis. Selama hari masih menjelang, kesempatan meninggalkan kegelapan malam masih selalu terbuka. Dan, kita akan berada di jalur siang yangterangbenderang.
Keberuntungan orang yang husnuzhan, tak hanya didapatkan di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Rasul menyebut orang yang husnuzhan sebagai pemegang kunci surga. Dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasul mengatakan bahwa sebentar lagi akan masuk seorang yang kelak akan memegang kunci surga. Semua sahabat terpana. Sampai seorang Umar bin Khattab 'iri' dengan penyematan istilah tersebut. Tidak lama kemudian masuklah orangyangdimaksud.
Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus. Karena penasaran, Umar meminta izin untuk menginap di rumah orang tersebut. Tiga hari Umar RA menginap di rumah orang ini. Namun, dia tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Ketika Umar bertanya, apa rahasianya. Orang itu menjawab, "Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka terhadap apa pun dan siapa pun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud Rasulullah SAW."
Sumber : Akmal Umam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar