DALAM
Alquran kata shiyam
disebut delapan kali. Pada surat Al-Baqarah ayat 183, 187, dan 196 dua kali.
Surat An-Nisa: 92, Al-Maidah: 89 dan 95 serta surat Al-Mujadalah: 41.
Kata
shaum disebut satu kali yaitu di surat Maryam: 26. Kata shaimin disebut satu
kali di surat Al-Ahzab: 35. Shaimat disebut satu kali dalam surat Al-Ahzab: 35.
Tashumu disebut satu kali dalam Al-Baqarah: 184. Falyashumhu disebut satu kali
di Al-Baqarah: 185.
Tiga
belas kata shiyam atau shaum artinya sama, yaitu menahan makan, minum dan
berhubungan seks di siang Ramadan. Hanya satu yang artinya berbeda yaitu kata
shaum (QS Maryam: 26) yang artinya meninggalkan bicara.
Fakta
dan kenyataan di dunia menunjukkan manusia lebih banyak shiyam. Yang menjalankan
shaum hanya para wali yaitu tidak sekadar meninggalkan makan, minum dan
berhubungan seks, tetapi juga meninggalkan bicara yang tidak ada artinya.
Dengan
puasa, para wali berhasil mengislamkan warga Indonesia dari animisme dan
dinamisme. Hal itu terjadi karena ketulusan dan kebersihan hati para wali
dari ucapan yang kotor termasuk berdusta.
Luqman
Hakim, ahli hikmah mengatakan, barang siapa yang bisa berpuasa dari dusta
selama 40 hari, maka akan keluar dari mulutnya mutiara hikmah. Para wali di
Indonesia, sebelum menyampaikan dakwah, berpuasa di tempat-tempat sepi atau
lebih dikenal berkhalwat (semedi).
Sunan
Kalijaga berkhalwat di pinggir kali, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Bonang
di Bonang, Sunan Gunungjati di gua Datul Kahfi di Cirebon, dan lain-lain.
Maka layak, begitu para wali menyampaikan pesan-pesan dakwah langsung bisa
diterima oleh umat.
Di
Bagdad, Abu Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dengan model puasa para wali,
suatu hari mendapat ilham untuk datang ke sebuah gereja. Dia masuk ke gereja dan
bergabung dengan jemaat gereja.
Terjadilah
peristiwa aneh. Pada saat Baba sang penginjil menyampaikan tausiah, tiba-tiba
dia tidak bisa bicara. Mulutnya terkunci tidak keluar suara. Dia kemudian
menghentikan ceramahnya. Setelah merenung sang Baba berkata, ‘’Di dalam gereja
ini ada umat Muhammad. Saya bisa melihat dari sinar mukanya’’.
Mendengar
itu, Abu Yazid buru-buru berdiri untuk keluar dari gereja. Tetapi sang Baba
penginjil mencegahnya. ‘’Tuan, Anda jangan keluar. Kalau Anda bisa menjawab 19
pertanyaan saya, saya akan percaya dengan agama Anda dan mengikutinya’’.
Abu
Yazid agak terkejut mendengar pernyataan sang Baba. Namun dia mempersilakannya
menyampaikan 19 pertanyaan itu. Sang Baba kemudian menyampaikan satu persatu
pertanyaan agar dijawab Abu Yazid.
Secara
berututan dia bertanya siapakah dzat yang satu dan tidak ada duanya. Apa dua
yang tidak ada tiganya, apa tiga yang tidak ada empatnya, apa empat yang tidak
ada limanya, apa lima yang tidak ada keenamnya, apa enam yang tidak ada
ketujuhnya.
Apa
tujuh yang tidak ada kedelapannya, apa delapan yang tidak ada kesembilanya, apa
sembilan yang tidak ada kesepuluhnya. Apa ke-10 yang tidak ada sebelasnya, apa
11 yang tidak ada keduabelasnya, apa 12 yang tidak ada ketigabelasnya, apa 13
tidak ada keempatbelasnya, apa yang Allah ciptakan namun Allah mengingkarinya,
apa yang Allah ciptakan tapi dia mengutuknya, apa yang bernafas tanpa roh, apa
kuburan yang berjalan membawa penghuni kuburnya, apa pohon-pohonan yang
bercabang duabelas tiap cabang beranting 30 dan tiap ranting berbuah lima. Dan
pertanyaan terakhir, apa kunci surga.
Abu
Yazid dengan tegas menjawab ke-19 pertanyaan itu. Pertama, satu yang tidak ada
keduanya adalah Allah swt. Dua yang tidak ada tiganya siang dan malam. Tiga
yang tidak ada empatnya yaitu pertanyaan Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Empat
yang tidak ada limanya yaitu kitab samawi (Taurat, Zabur, Injil dan Alquran).
Lima
yang tidak ada enamnya shalat wajib lima waktu. Enam yang tidak ada tujuhnya
yaitu diciptakannya langit dan bumi (QS Qof: 38).
Sang
Baba bertanya, ‘’Kenapa dalam ayat itu disebutkan Allah tidak merasa capai?’’.
Abu Yazid menjawab, ‘’Karena orang Yahudi mengira bahwa hari ketujuh untuk
istirahat Allah’’. Pertanyaan ketujuh, tujuh yang tidak ada delapannya ialah
langit (QS Nuh:15). Pertanyaan kedelapan, delapan yang tidak ada sembilannya
yaitu malaikat penjaga arsy (QS Al-Haqqoh: 117).
Sembilan
yang tidak ada sepuluhnya yaitu mukjizat Nabi Musa (QS Al-Isra: 101). Sepuluh
yang tidak ada sebelasnya yaitu amal kebaikan yang dilipatkan pahalanya 10 kali
lipat. Sebelas yang tidak ada dua belasnya yaitu saudara-sudara Nabi Yusuf.
Dua
belas yang tidak ada tiga belasnya yaitu pancuran air dari batu yang dipukul
Nabi Musa. Tiga belas yang tidak ada empat belasnya yaitu sebelas saudara Nabi
Yusuf ditambah bapak dan ibunya.
Allah
menciptakannya tetapi menyebutnya sebagai munkar yaitu suara hewan khimar (QS
Luqman:19) ‘’Sesungguhnya suara yang paling ingkar adalah suara khimar’’.
Jawaban
dari pertanyaan Baba kelima belas yaitu tipu daya muslihat wanita (QS Yusuf:
28). Bernafas tanpa roh yaitu subuh (QS At-Taqwir: 18) wassubhi idza tanaffas.
Kuburan
yang membawa penghuninya yaitu Ikan Hud yang menelan Nabi Yunus. Pohon yang
bercabang 12 ialah tahun terdiri 12 bulan, tiap bulan 30 hari, tiap hari ada
lima waktu shalat. Jawaban pertanyaan terakhir, kunci surga yaitu Laailaha
Illallah Muhammadar Rasulullah.
Subhanallah,
apa yang terjadi selanjutnya? Sang Baba dan seluruh penghuni gereja spontan
mengucapkan kalimat syahadat dan menyatakan masuk Islam. Itu terjadi karena Abu
Yazid Al-Bustomi setelah berpuasa dari berkata-kata kotor maka keluarlah
mutiara hikmah dari mulutnya.
Dari
mulut Abu Yazid yang bersih dan hati yang tulus masuk ke dalam telinga para
penghuni gereja yang menembus dalam hati mereka. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Wallahu a’lam bishawab. (43)
Sumber : Ky. Nursyam Syahri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar